Catatan Popular

Sabtu, 9 Julai 2011

Mengapa Ada Pernikahan Yang Tidak Sekufu'

Mengapa Ada Pernikahan Yang Tidak Sekufu'



Berdasarkan pengamatan, pernikahan antara syarifah dengan lelaki yang bukan sayid, dapat disebabkan oleh beberapa hal:

Pertama, orang tua mereka tidak mengetahui tentang keutamaan dan kemuliaan dirinya sebagai keturunan Rasulullah (sebagaimana diceritakan dalam proses penciptaan alam ini pada bab yang terdahulu), karena mereka dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang tidak mengerti tentang keutamaan ahlul bait dan keturunannya, sehingga menyebabkan para orang tua tersebut menikahkan anak perempuannya dengan lelaki yang bukan sayid.

Kedua, orang tua mereka sangat mengerti tentang kafa'ah, akan tetapi mereka membiarkan anak perempuannya bergaul tanpa batas dengan kawannya di lingkungan rumah atau sekolah. Ketika anak gadisnya berpacaran para orang tua tidak mengetahui dan lengah untuk mengawasi tingkah lakunya, sampai anak tersebut menikah dengan lelaki yang bukan sayyid.

Ketiga, orang tua mereka sangat mengerti tentang kafa'ah, tapi karena sesuatu hal (masalah ekonomi atau lainnya), maka orang tua tersebut tidak dapat menghalangi perkawinan anaknya dengan lelaki yang bukan sayyid.

Keempat, orang tua tersebut mempunyai kenangan yang buruk atas perkawinan anak gadisnya dengan seorang sayid. Anaknya tidak diperlakukan dengan baik dan disia-siakan oleh suaminya, sehingga apa yang terjadi pada anaknya itu membawa rasa antipati terhadap menantunya yang berasal dari kalangan sayid, setelah bercerai anaknya dikawinkan dengan lelaki yang bukan dari kalangan sayid, ternyata hidup mereka bahagia, lalu sang ayah mengambil kesimpulan dan berpendapat bahwa tidak ada jaminan kebahagiaan dalam perkawinan yang mensyaratkan kafa'ah syarifah, selanjutnya hal tersebut disebarluaskan melalui pembicaraan dengan kerabat, diskusi, media cetak dan yang lainnya.

Kelima, kafa'ah syarifah adalah milik keturunan Rasulullah saw saja, dan tidak dimiliki oleh orang selain mereka. Hal ini menjadikan mereka sasaran iri hati sebagian kecil ulama, pakar, cendikiawan ataupun orang dari kalangan awam yang bukan sayid dengan memberikan fatwa, analisa, dan pendapatnya mengenai kafa'ah syarifah yang hanya berdasarkan kecemburuan semata. Abdullah bin Nuh berkata tentang rasa iri hati yang ditujukan kepada ahlul bait Rasulullah saw: "Kita harus mengerti, bahwa ahlul bait Rasulullah saw adalah orang-orang yang menjadi sasaran irihati karena mereka memperoleh limpahan karunia Allah swt."

Keenam, yang paling mengkhawatirkan adalah seorang keturunan Rasul yang pada awalnya menganut madzhab yang mensyaratkan kafa'ah perkawinan syarifah berpindah kepada madzhab yang tidak mensyaratkan kafa'ah dalam perkawinan syarifah. Hal tersebut dilakukan karena nafsu dan ketidaktahuan mereka akan soal-soal agama. Dalam madzhab lama yang dianutnya orang tersebut belum mengetahui benar pokok-pokok ajarannya, karena lingkungan pergaulan dan ashobiyah ia berpindah ke madzhab yang baru, sehingga ia belum dapat membandingkan yang mana madzhab yang benar.

Dalam masalah ini ada baiknya kita renungkan perkataan beberapa waliyullah di bawah ini:

*Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad berkata: 'Adapun orang dari keturunan ahlul bait yang tidak mengikuti jejak para sesepuh mereka yang suci, orang tersebut telah kerasukan angan-angan yang merusak disebabkan oleh ketidaktahuan mereka akan soal-soal agama'.

*Imam Ahmad bin Zein Al-Habsyi berkata: 'Barangsiapa yang meninggalkan jalan para habaib yang sholeh menuju kepada jalan lain ia tidak bakal mendapat taufiq hidayah'. Begitu pula perkataan Imam Ali bin Muhammad Al-Habsyi: 'Barangsiapa tidak mengikuti jalan para leluhurnya, pasti ia akan kecewa dan hilang'.