Catatan Popular

Jumaat, 28 Februari 2014

SEJARAH SHALAWAT BADAR

“Shalatullah salamullah...’Ala thaha Rasulillah Shalatullah salamullah ‘Alaa Yaasin Habibillah…
Diceritakan bahwa karya ini ditulis oleh Kyai Ali Manshur Banyuwangi (th. 1960 an) pada waktu umat lslam lndonesia menghadapi fitnah Partai Komunis Indonesia (PKI).
Saat itu kebejatan PKI merajalela membunuh massa bahkan banyak kyai yang menjadi mangsa mereka, maka terlintaslah di hati Kyai Ali untuk menulis satu karangan sebagai sarana bermunajat memohon bantuan Allah swt untuk meredam fitnah po!itik bagi kaum muslimin lndonesia.
Dalam keadaan demikian, Kyai Ali tertidur dan daiam tidurnya beliau bermimpi didatangi manusia-manusia berjubah putih-hijau, dan pada malam yang sama juga, istri beliau bermimpi bertemu Nabi Muhammad Saw.
Siang harinya, Kyai Ali langsung pergi berjumpa dengan Habib Hadi al-Haddar Banyuwangi dan menceritakan kisah mimpinya tersebut. Habib Hadi menyatakan bahwa manusia-manusia berjubah tersebut adalah para ahli Badar.
Mendengar penjelasan Habib yang mulia tersebut, Kyai Ali semakin bertekad untuk mengarang sebuah syair yang ada kaitan dengan para pejuang Badar tersebut. Lalu malamnya, Kyai Ali menggerakkan penanya untuk menulis karya yang kemudian dikenal sebagai "shalawat Badar.
Keesokan harinya, terjadilah hal yang mengherankan, orang-orang kampung mendatangi rumah beliau dengan membawa beras dan bahan makanan lain.
Mereka menceritakan bahwa pada waktu Shubuh, mereka telah didatangi orang berjubah putih yang menyuruh mereka pergi ke rumah Kyai Ali untuk membantunya karena akan ada suatu acara diadakan di rumahnya.
ltulah sebabnya, mereka datang dengan membawa barang tersebut menurut kemampuan masing-masing.
Yang lebih mengherankan lagi adalah pada malam harinya, ada beberapa orang asing yang membuat persiapan acara tersebut, namun kebanyakan orang itu tidak dikenali identitas dirinya.
Menjelang keesokan Pagi harinya, serombongan habaib yang diketuai oleh Habib Ali bin Abdur Rahman al-Habsyi, Kwitang, tiba-tiba, datang ke rumah Kyai Ali tanpa memberitahu terlebih dahulu akan kedatangannya.
Tiba-tiba, Habib Ali Kwitang bertanya mengenai syair yang ditulis oleh KYai Ali tersebut. Tentu saja Kyai Ali terkejut karena hasil karyanya itu hanya diketahui dirinya sendiri dan belum disebarkan kepada seorang pun.
Tapi beliau mengetahui, ini adalah salah satu kekeramatan Habib Ali yang terkenal sebagai waliyullah itu.
Lalu, tanpa banyak bicara, Kyai Ali Manshur mengambil kertas karangan syair tersebut dan membacanya di hadapan para hadirin dengan suaranya yang lantang dan merdu.
Para hadirin dan habaib mendengarnya dengan khusyuk sambil meneteskan air mata karena terharu. Setelah selesai dibacakan Shalawat Badar oleh Kyai Ali.Habib Ali menyerukan agar Shalawat Badar dijadikan sarana bermunajat dalam menghadapi fitnah PKl.
Maka, sejak saat itu masyhurlah karya Kyai Ali tersebut. Selanjutnya, Habib Ali Kwitang telah mengundang para ulama dan habaib ke Kwitang untuk satu pertemuan. Dalam pertemuan tersebut, Kyai Ali sekali lagi diminta untuk mengumandangkan Shalawat Badar gubahannya itu.
Maka bertambah masyhur dan tersebar luaslah SHALAWAT BADAR ini dalam masyarakat serta menjadi bacaan populer dalam majelis-majelis ta'lim dan pertemuan.
Maka tak heran, bila sampai sekarang Shalawat Badar selalu popuer di Majelis Taklim Habib Aii bin Abdurrahman Alhabsyi di Kwitang, tldak pernah ketinggalan pembacaan Shalawat Badar tersebut setiap minggunya.
*Lafadz shalawat ini sebagai berikut:
shalatullah salamullah ‘ala thoha rosulillah
shalatullah salamullah ‘ala yaasiin habibillah
tawasalnaa bibismillah wa bil hadi rosulillah
wa kulli majahid fillah
bi ahlil badri ya Allah
Shalawat Allah dan salam-Nya semoga tercurah kepada Thaha Rasulullah
Shalawat Allah dan salam-Nya semoga tercurah kepada Yasin Habibillah
Kami bertawassul dengan nama Allah dan dengan pemberi petunjuk, Rasulullah
Dan dengan seluruh orang yang berjihad di jalan Allah, serta dengan ahli Badr, ya Allah
Dalam ucapan shalawat ini terkandung beberapa hal:
1. Penyebutan Nabi dengan habibillah
2. Bertawassul dengan Nabi
3. Bertawassul dengan para mujahidin dan ahli Badr.
.Bismillaahir rahmaanir raahim.allaahumma shalli wassalim wabaarik alaa sayyidina muhammadin faatihi limaa ughliqa wal khaatimi limaa sabaqa wannaashiriil haqqi bilhaqqi walhaadi ilaa shiraatikal mustaqiimi shallallaahu alaihi wa alaa aalihi wa ash haabihi haqqa qadrihii wamiq daa rihil adziim. DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PEMURAH LAGI MAHA PENYAYANG. YAA ALLAH CURAHKANLAH RAHMAT DAN KESELAMATAN SERTA BERKAH,JUNJUNGAN KITA NABI MUHAMMAD SAW.YANG DAPAT MEMBUKA S1 YANG TERKUNCI PENUTUP DARI SEMUA YANG TERDAHULU PENOLONG KEBENARAN DENGAN JALAN YANG BENAR DAN PETUNJUK KEPADA JALAN YANG LURUS.SEMOGA ALLAH CURAHKAN RAHMAT KEPADA BELIAU SEMUA KELUARGA,SAHABAT DAN UMATNYA DENGAN SEBENARNYA SEGALA KEKUASAAN ALLAH YANG MAHA AGUNG.AMIN.

NASEHAT UNTUK HABAIB DAN SYAROIF DARI HABIB THOHIR AL-KAFF

… Bagaimana engkau mengaku dzurriyyah dan ummatnya, sedang engkau tak peduli terhadap sunnah Nabi SAW. Tak mau tahu terhadap sunnah beliau. Nabi Muhammad SAW sendiri yang ma’shum yang terbebas dari dosa. Namun beliau beribadah hingga kakinya bengkak. Bengkak bukan karena cari duit, bukan karena cari jabatan. Sehingga aisyah ra kasian dan berkata: “mengapa engkau lakukan ini ya Rasulullah? Bukankah engkau telah diampuni oleh Allah? Engkau lakukan ini hingga kakimu bengkak?”
Rasulullah SAW menjawab: “Aku ingin jadi hamba Allah yang bersyukur atas karunia-Nya.”
Dan beginilah salafunas shaleh, beginilah mereka orang-orang yang dekat dengan Allah, beginilah Habib Ali Al-Habsyi, beginilah Imam Al-Haddad … Tidak akan datang sesuatu sedang kita sedang kita tidur nyenyak. Tidak ada …
Semua harus berusaha, harus mengamalkan, harus menjalankan. Pegangi dalam diri kita. Ikuti jalan para salaf. Ikuti ajaran salaf. Sudahlah, Tak ada orang lain. Gak ada pegangan lain kecuali salaf kita. Tak akan kau dapati teladan seperti mereka. Jangan sok pinter, jangan sok alim. Engkau akan dapati lainnya? Tak ada … “ kata Habib Ali Al-Habsyi.
Semua musibah kecil kecuali musibah kalau sudah mengena anak cucu Nabi Muhammad SAW. Anak cucu Nabi Muhammad SAW diibaratkan perahu. Kalau sudah safinahnya rusak, kalau sudah perahunya bocor dan bobrok. Maka tenggelamlah ini umat. Tenggelam …
Jangan lepas dari salaf. Berubahlah kita. Jadikan hidup kita seperti mereka. Cukup di hadapan kita adalah mereka para salaf …
… Dulu Habib Alwi Al-Habsyi berkata: “di Indonesia penuh dengan auliya’ …” dari itulah mari generasi sesudahnya menghidupkan itu semua. Aamiin ya Allah …
Ketahuilah, orang alim akan diangkat derajatnya oleh Allah ta’ala namun seorang sayyid / habib akan lebih mulia. Ini nasehat dari Al-Imam Muhamad Al-Baqir kepada anaknya, Al-Imam Ja’far As-Shadiq. Tapi kalau kau bodoh, untukku dan untukmu ini lebih bodoh. Kalau orang lain bodoh itu jelek tapi kalau ada sayyid bodoh itu lebih jelek.
Ingat, Al-Qur’an turun di mana dan kepada siapa? Jaddana Muhammad. Apakah kita akan tinggalkan? Apakah kita akan lepaskan? Apakah kita tidak sadar, siapa yang bawa agama ini? Yang paling bertanggungjawab siapa? Yang akan bangkit siapa? sentralnya adalah Nabi Muhammad SAW. Dan kita adalah cucunya …
Kalau sampai akhlaq kita kalah dengan akhlaq mereka yang bukan anak cucu Rasulullah SAW. Kalau sampai perhatian kita terhadap agama kalah. Bahkan yang lain berjuang untuk agama, yang lain alim, yang lain menyerahkan hartanya, yang lain dan yang lain … Sedangkan apa yang kita lakukan???
Dengan segala hormat saya mohon maaf. Insya Allah ini karena ghirah Alawiyyah. Kita ingin para habaib kita menjadi semua tokoh yang meneruskan perjuangan Habibuna Muhammad SAW, yang memberikan suri tauladan, yang membrikan contoh akhlaq yang indah. Karena mereka yang paling pantas untuk menjalankannya. Semua umatnya secara umum pantas bahkan harus. Namun anak cucu Nabi Muhammad SAW lebih pantas dan lebih wajib daripada yang lain.
Camkanlah nasehat dari salaf kita untuk berpegang teguh terhadap apa yang diajalankan mereka. Habib Ali Al-Habsyi sering kali menasehati agar selalu berpegang teguh kepada salaf. Kalau kita melakukan hal itu niscaya kita akan berada di tengah -tengah salaf. Dan inilah jalan yang membuat kita tak putus dengan Nabi Muhammad SAW. mengerikan kalau kita sampai putus hubungan dengan Nabi Muhammad SAW. Kalau sampai tak diakui cucu beliau. Kalau sampai gak bisa bertemu dengannya. Siapa yang akan menolong kita? Jangan sampai Rasulullah SAW berpaling dari kita.
Tinggalkan pikiranmu yang tak benar. Tinggalkan buku-bukumu yang menyesatkan itu. Jangan gadaikan ahlussunnah … Kalau bisa sempatkan tulis nasabmu agar engkau ingat, Al-Faqihil Muqaddam jaddi … , Abdurrahman Assegaf jaddi … , Syaikh Abubakar bin Salim jaddi … , Umar bin Abdurrahman jaddi … , Abdullah bin Alwi Al-Haddad jaddi … , Ali bin Muhammad Al-Habsyi jaddi ... mereka semua adalah kakekku. Kok pakaianku seperti ini? Kok sholatku begini? Kok ibadahku seperti ini? Kok keluargaku seperti ini? Kok anak-anakku sepeti ini? Mana kita dan mana mereka? Kok di dunia saja sudah putus. Jangan-jangan di akhirat akan putus.
Ya Allah, jangan Engkau sia-siakan majelis ini bihaqqi Sayyidina Muhammmad bi haqqi Al-Habib Ali Al-Habsyi . Ya Allah … rubahlah keadaan kami. Ya Allah, hawwil halana ila halil auliya’ hawwil halana ila halis salaf, hawwil halana ila halis shalihin. Jadikan kami dan keluarga tak putus dengan Nabi Muhammad SAW dan para salaf, di dunia maupun kelak di akhirat. Selalu bersambung terus dengan mereka. Wa alhiqna bisshalihin …
¤¤¤
Apa yang alfaqir tulis ini adalah potongan ceramah dari yang mulia Al-Habib Thohir bin Abdullah Al-Kaff saat Haul Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi di Solo pada hari Jum'at, 21 Rabiuts Tsani 1435 / 21 Februari 2014

Khamis, 27 Februari 2014

KEUTAMAAN dan KEISTIMEWAAN KOTA TARIM DAN PENDUDUKNYA

Rasul Allah SAW bersabda :
اِنِّى لأجِدُ نَفْسُ الرَّحمن مِنْ قِبَلِ الْيَمَن “Sesungguhnya aku mendapati nafs Ar-Rahman yang keluar dari arah Negeri Yaman”
Al-Imam At-Thabrany dalam Kitab “ Al-Ausat “ meriwayatkan satu Hadist yang Shohih yaitu ;
حَضرَموْت تُنْبِتُ الأًوْلِيَآء
كما تُنْبِتُ الأرْضِ البقَل “ Di Hadhramaut menghasilkan para Wali Allah seperti Bumi subur yang menumbuhkan Sayur Mayur “
Hadits ini dikemukakan oleh Al-Imam Al-Allamah ‘AbdurRahman bin Musthofa Al-‘Aydrus pengarang Kitab Mirah As-Syumus. Diriwayatkan bahwa dalam setiap Sholat Jum’at di Tarim di Shof awal terdapat lebih kurang 300 orang Mufti.
Do’a Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq Ra, bagi penduduk Tarim
Di zaman kekhalifahan Sayyidina Abu Bakar As-shiddiq Ra., beliau menemui Ziyad bin Lubayd Al-Anshory amil Rasul Allah SAW di Yaman., dan beliau memerintahkan kepada Ziyad agar mengambil Bay’at Ahli Hadhramaut, hal tersebut disambut gembira oleh penduduk Tarim, sedangkan penduduk disekelilingnya dari beberapa Qabilah ada yang tidak terima, sehingga mereka dianggap melakukan maker yang kemudian dikenakan sanksi yang keras, ketika bay’at penduduk Tarim yang mengikrarkan kesetiaan mereka kepada Khalifah Rasul Sayyidini Abu Bakar As-Shiddiq Ra, disampaikan kepada beliau, Sayyidina Abu Bakar ra,. Mendo’akan penduduk Tarim dengan tiga Do’a { oleh karna itulah Tarim juga dijuluki dengan “bolad Abu bakar AsShiddiq” (Negerinya Sayyidina Abu Bakar)
1. Dibanyakkan Allah orang-orang Sholih di Tarim
2. Agar Tarim diberkahi oleh Allah
3. Tidak dipadamkan api agama Allah di Tarim sampai hari Kiamat
Do’a Sayyidini Abu Bakar As-Shiddiq Ra., tampak jelas dikabulkan oleh Allah SWT, sampai sekarang Tarim dimakmurkan dengan orang-orang Sholih, dan dengan keberkahan yang diberikan Allah SWT, air di Tarim tidak pernah kering, dan sampai detik ini cahaya agama Allah SWT masih bersinar terang di Tarim.
Para Wali yang dimakamkan di Tarim
Al-Imam Al-Quthb Al-Ghauts Al-Habib AbdurRahman As-segaff mengatakan ;
“ Di Turbah {pemakaman} Zanbal di Tarim (Hadhramaut) telah dimakamkan para Wali yang jumlahnya melampaui dari Sepuluh Ribu orang, dan aku telah mengetahui para Wali yang bermaqam Quthb yang dimakamkan disana berjumlah Delapan Puluh Orang “
Sayyidina Al-Imam Al-Quthb Al-Ghauts Al-Habib AbdurRahman As-segaff wafat pada th 800 H, jadi jumlah yang beliau bicarakan tidak termasuk dengan para Wali yang dimakamkan sesudah beliau wafat hingga masa sekarang ini tentu lebih bnyk lagi . Di Tarim telah dimakamkan juga para Sahabat Rasul Allah SWT yang ikut perang Badr sebanyak Tujuh Puluh orang.
Berkata As-Syekh Fadl bin ‘Abdullah : “ Tiga Turbah {pemakaman} yang membawa ahlinya kepada Syurga : Turbah Zanbal, Turbah Al-Hijrain, dan Turbah Ghail Abu Sudan” Al-imam Al-Habib ‘Abdullah bin ‘Alwy bin Hasan Al’Atthos menceritakan keutamaan Ahli Turbah Tarim, kata beliau : “ Sebagian dari Wali-Wali besar melarang dari bnyk mentalqinkan mayyit {maksudnya banyak dido’akan karena banyak dosa yang diperbuat semasa hidupnya} yang hendak dimakamkan di Turbah mereka, dan bilamana ada jenazxah yang dimakamkan di Turbah para Wali ditalqinkan, maka pagi-paginya jenazahnya yang sudah ditanam didapati akan keluar dari tanah dan tergeletak diatas kuburannya dengan masih memakai kafan, karena mereka, para Wali telah meminta kepada Allah agar jangan sampai ada yang dimakamkan didekat mereka orang-orang yang termasuk Ahli Neraka “
Keistimewaan kota Tarim yang lain adalah, dikota tersebut tersebar anak cucu Rasulullah SAW. Mereka tumbuh di tanah yang penuh dengan kemuliaan.
Pernah pada suatu kali Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh aku benar-benar mencium harumnya karunia Allah SWT dari Yaman. Betapa banyak hikmah yang terpancar dari sana."
Salah seorang 'arifin billah mengatakan bahwa yang dimaksud oleh Rasulullah dalam haditsnya tersebut tiada lain adalah kota Tarim dan penduduknya.
Pada suatu saat ada seorang darwisy (orang yang pakaiannya lusuh dan kumah) datang kepadaku, tampaknya ia adalah orang sholih dan memiliki rahasia Allah. Ia berkata kepada Alhabib Ali bin Muhammad Alhabsyi, "Ya Sayyidi Ali! Ketika aku datang ke tempat seorang wali dimana pun, maka kudapatkan suasana hening dan khidmat di saat aku berziarah ke kuburnya atau saat ada dalam kubahnya saja. Tetapi bila aku masuk kota Tarim, maka kudapatkan suasana hening dan khidmat itu memenuhi setiap sudut kota itu, bahkan di pasar-pasarnya."
Lalu kukatakan kepadanya, "Bila pasarnya saja memancarkan keagungan, apalagi masjid-masjidnya."
Membicarakan kelebihan kota Tarim dan para Ahlinya niscaya sangatlah panjang, dan akan menjadi pembahasan tersendiri, penguraian kami ini sekira-kira hanyalah untuk memberikan pandangan pada para pembaca, karena Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra dan Al-Muqaddam tsani syaikhuna Assegaf., identik dengan kota Tarim dan para penduduknya .
SUBHANALLAAH.... Hadis Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Penduduk Yaman datang, mereka lebih lembut hatinya. Iman ada pada orang Yaman. Fekah juga ada pada orang Yaman. Kemudian hikmat juga ada pada orang Yaman
"Andai saja mereka melihat hakikat kota Tarim, maka mereka akan mengatakan, "Syurga dunia adalah Tarim" (al Imam Ahmad bin Abil Hubb)
"Setetes ilmu di Tarim lebih baik dari pada lautan ilmu di luar Tarim" (al Imam Abdurrahman as Segaf)
"Andai saja engkau mengeluarkan seluruh hartamu untuk mengunjungi kota Tarim, maka apa yang engkau dapatkan akan lebih banyak daripada yang kau keluarkan"
(al Imam Abdullah al Haddad)
"Di maqbaroh Zanbal dimakamkan lebih dari 10000 wali, 80 diantaranya adalah qutbh (tingkatan wali tertinggi)" (al Imam Abdurrahman as Segaf),
jumlah ini sekitar 600 tahun lalu, sebelum wafatnya Imam as Segaf, al Aidrus, Imam al Muhdor, Imam al Haddad, mungkin sekarang jumlah aulia' di Zanbal sudah mencapai ratusan ribu (kesimpulannya katsir jiddan), di Zanbal juga terdapat makam makam sahabat Nabi yaitu ahlu badr,
"Ahlu Tarim bukan malaikat tapi mereka lebih baik dari malaikat" (al Imam Ali al Habsyi)
"3 hal yang diperlukan mereka yang tinggal di Tarim :
tawadhu', adab, dan hidup sederhana''
(al Imam Ahmad bin Hasan al Atthos)
"Siapa yang tetap dengan adab dan akhlak di Tarim, maka Tarim akan menjadikannya bintang, bulan, a tau bahkan matahari yang menerangi manusia dengan ilmu dan nurnya"
(al Imam Alwi bin Syihab)
"Tidak ada tempat di dunia ini yang lebih baik dari Tarim setelah al masajid ats tsalatsah (Makkah, Madinah, Aqsha)" (al Imam Abdullah al Haddad)
Sebagian ulama asalafuna berkata : andaikan mekkah dan madinah diperah maka akan keluar sari dan sari itu ialah tarim algonna .

KETIKA RASULULLAH SAW MELAKUKAN SELAMATAN KEMATIAN

Jika yang kita amalkan dalam kirim doa dan pahala untuk para almarhum adalah berbentuk sedekah baik makanan atau kalimat dzikir, maka sejatinya Rasulullah Saw juga melakukannya.
Diriwayatkan dari Aisyah:
قَالَتْ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا ذَبَحَ الشَّاةَ فَيَقُولُ « أَرْسِلُوا بِهَا إِلَى أَصْدِقَاءِ خَدِيجَةَ ». قَالَتْ فَأَغْضَبْتُهُ يَوْمًا فَقُلْتُ خَدِيجَةَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنِّى قَدْ رُزِقْتُ حُبَّهَا » (رواه مسلم رقم 6431 وابن حبان رقم 7006)
”Aisyah berkata: Jika Rasulullah Saw menyembelih kambing maka beliau berkata: Bawalah ini ke teman-temannya Khadijah. Aisyah berkata: Suatu hari saya pernah memarahi Rasulullah, kemudian beliau bersabda: Aku diberi anugerah mencintainya.” (HR Muslim No 6431 dan Ibnu hibban No 7006)
Dalam hadis ini sangat jelas bahwa ketika Rasulullah Saw menyembelih kambing maka beliau sedekahkan untuk istri beliau yang telah wafat yaitu Khadijah. Sedangkan riwayat Aisyah yang menggunakan redaksi ‘Kaana’ menunjukkan Rasulullah sering melakukannya sebagaimana dalam kaidah:
اِقْتِضَاءُ كَانَ لِلتَكْرَارِ (فيض القدير – ج 5 / ص 139)
“Kaana menunjukkan makna diulang-ulang” (Syaikh al-Munawi Faidl al-Qadiir 5/139)
Mengapa pula ada doa Tahlil? Sebab Tahlil dan dzikir lainnya adalah sedekah, sebagaimana dalam hadis sahih:
كُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ (أخرجه مسلم رقم 720 والنسائى فى الكبرى رقم 9028 وابن خزيمة رقم 1225 وأخرجه أيضًا : أحمد رقم 21513) .
”Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap memerintah kebaikan adalah sedekah, setiap mencegah kemungkaran adalah sedekah” (HR Muslim No 720, an-Nasai dalam as-Sunan al-Kubra No 9028, Ibnu Khuzaimah No 1225 dan Ahmad No 21513)
Sebagaimana juga diperkuat oleh ulama Ahli Tafsir:
قَالَ اْلإِمَامُ الْقُرْطُبِي رَحِمَهُ اللهُ، وَقَدْ أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى وُصُوْلِ ثَوَابِ الصَّدَقَةِ لِلْأَمْوَاتِ فَكَذَلِكَ الْقَوْلُ فِي قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ وَالدُّعَاءِ وَاْلإِسْتِغْفَارِ إِذْ كُلٌّ صَدَقَةٌ بِدَلِيْلِ قَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ” كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ” ( رواه البخاري ومسلم). فَلَمْ يَخُصَّ الصَّدَقَةَ بِالْمَالِ ( مختصر تذكرة القرطبي :25 ) “Al-Qurthubi berkata: Ulama sepakat sampainya pahala sedekah untuk orang mati, begitu pula dalam masalah membaca al-Quran, doa dan istighfar, sebab semanya adalah sedekah, berdasar sabda Nabi Saw: Setiap kebaikan adalah sedekah (HR al-Bukhari dan Muslim), maka Nabi tidak mengkhususkan sedekah dengan harta” (Mukhtashar Tadzkirah al-Qurthubi 25).
semoga bermanfaat,& silahkan dishare kpd yg lain.

Rabu, 26 Februari 2014

BIOGRAFI RINGKAS (MANAQIB) AL-'ALLAMAH AL-HABIB AHMAD BIN UMAR BIN AHMAD AL-HINDUAN R.A

Salasilah Nasab: Al' Allamah Al-Habib Ahmad Bin Umar Al-Hinduan memiliki salasilah nasab (Keturunan) yang bersambung kepada baginda Rasulullah SAW,yaitu : Ahmad Bin Umar Bin Ahmad Bin Aqil Bin Muhammad Bin Abdullah Bin Umar Al-Hinduan Bin Ahmad Bin Hasan Al-Waraa' Bin Ali Bin Muhammad Mauladdawillah Bin Ali Bin Alwi Al-Ghuyur Bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam Bin Ali Bin Muhammad Shohib Mirbath Bin Ali Kholi' Qosam Bin Alwi Bin Muhammad Shohib Shum'ah Bin Alwi Bin Ubaidillah Bin Ahmad Al-Muhajir Bin Isa Ar-Rumi Bin Muhammad A-Naqib Bin Ali Al'Uraidhi Bin Imam Ja'far Ash-Shodiq Bin Imam Muhammad Al-Baqir Bin Imam Ali Zainal Abidin Bin Imam Hussain Assibth Bin Imam Ali Bin Abi Tholib (Bin Assayyidah Fatimah Azzahra) Binti Ar-Rasul Al-A'dhom Muhammad SAW.
Pertumbuhan Dan Pendidikan:
Allamah Al-Habib Ahmad Al-Hinduan memiliki peribadi yang mulia, berwajah lemah lembut dan berfikiran tajam. Memiliki banyak keutamaan,alim dan menguasai berbagai bidang pengetahuan.Pengarang kitab yang sarat dengan berbagai macam ilmu.Beliau tumbuh baik dalam asuhan ayahnya Al-Habib Al-Faqih Umar Bin Ahmad Bin Aqil Al-Hinduan. Disamping itu beliau juga memperoleh asuhan dari paman-pamannya dari pihak ibunya, yang juga merupakan ulama pada masa itu seperti: Al-Habib Ahmad, Al-Habib Abu Bakar yang merupakan putera-putera dari Al-Habib Al-Faqih Husain Ba Faqih RA. Kemudian beliau juga memperoleh didikan dari beberapa ulama lain seperti: Al-Mu'allim Abdullah Ba Jam'an sebagai guru dalam bidang Al-Quran. Dan beliau juga belajar kepada Al-Habib Abdurrahman Bin Abdullah Ba Harun, Al-Faqih Muhammad Bin Ahmad Ba Jubair, Syeikh Abdullah Bin Abu Bakar Al-Khotib dan As-Syarif Sahl Bin Ahmad Ba Hasan.
Beliau mempunyai perhatian dan kegemaran dalam menuntut ilmu dengan penerimaan yang baik, sentiasa melazimkan ketaatan dan ibadah di setiap kesempatan manakala tidak ada kesibukan.
Al-Quthb Al-Ghauts Al-Habib Abdullah Bin Alwi Al-Haddad, pengarang Ratib Al-Haddad menuturkan tentang pengalaman dirinya selama bersama dengan Al-Habib Ahmad Al-Hinduan. "Diantara kami dengan Al-Habib Ahmad Al-Hinduan terdapat persahabatan serta kedekatan yang tak terpisahkan, kami selalu duduk bersama dalam keramahan diberbagai kegiatan dimasa belajar kepada Al-Faqih Abdurrahman, As-Sayyid Sahl dan Al-Faqih Abdullah Al-Khotib di Zawiyah Alhajirah."
Keperibadian:
Berkenaan dengan keperibadian Al-Habib Ahmad Al-Hinduan diungkapkan oleh Al-Habib Abdullah Al-Haddad iaitu: "Al-Habib Ahmad Al-Hinduan adalah seorang tokoh yang alim, wara',memiliki ketajaman jiwa (mukasyafah), lemah lembut dan zuhud. Kami mengakui keutamaan yang dimilikinya dan berharap dapat memiliki sifat seperti beliau."
Perjalanan Hidup:
Al-Habib Ahmad Al-Hinduan melakukan perjalanan ke India dan beliau tinggal disana dalam beberapa waktu untuk membantu paman dari saudara ibunya Al-Habib Abu Bakar. Kemudian beliau kembali ke Tarim (Yaman), dan dari Tarim beliau melakukan ibadah haji serta berziarah ke pusara kakeknya Baginda Rasulullah SAW. Semenjak itu beliau keluar masuk India sebanyak 2 atau 3 kali. Namun setelah paman beliau (Al-Habib Abu Bakar) meninggal dunia, beliau menetap di Tarim, hingga beliau wafat di sana.
Keistimewaan(Anugerah dari Allah):
Al-Habib Ahmad Bin Umar Al-Hinduan meraih mukasyafah pada usia 18 tahun. Yakni mampu menyaksikan perihal kejiwaan seseorang, apakah orang tersebut dalam keadaan suci ataukah berhadas. Kemudian beliau berdoa kepada Allah agar mukasyafah tersebut ditutup, dikeranakan beliau tidak mahu menatap hal-hal yang bersifat demikian.
Beliau juga memperoleh gelar "Qiblat Ad-DunYa" yang bererti kiblat dunia. Hal ini merupakan gelar penghormatan atas kepakaran beliau dalam dunia hukum islam (Fiqh), sehingga tidak tertandingi pada zamannya. Dan bukti keberhasilan beliau adalah mencetak kader, dimana muridnya yakni, Al-Habib Abdurrahman Bin Abdullah Ba Faqih yang meraih gelar "Alamat Ad-Dun Ya" yang bererti tanda dunia, yakni beliau mampu mengetahui dari bekas telapak kaki musafir dari mana dia berasal dan siapa gurunya, dan apakah guru si musafir itu masih hidup ataukah sudah meninggal. Bahkah beliau dapat membaca letak Ka'abah dari hembusan angin. Jika Al-Habib Abdurrahman Ba Faqih sedemikian luar biasa, maka bagaimana lagi dengan Al-Habib Ahmad Bin Umar Al-Hinduan yang selaku gurunya?!
Al-Habib Ahmad Bin Umar Al-Hinduan juga memiliki kekeramatan, dimana setiap beliau melaksanakan Sholat,maka terasa olehnya kenikmatan yang tak terhingga bahkan melampau segala kelazatan badani.
Dalam kitab Sabiil Al Muhtadin hal 100-118 termaktub Selawat karya Al-Habib Ahmad Bin Umar Al-Hinduan Radhiyaallah 'anhu yang sangat panjang. Selawat tersebut memiliki makna yang tinggi tentang tauhid dan makrifat, akhlak, pujian dan doa dengan bahasa yang indah. Kitab selawat tersebut diberi nama "Al Kawaakibul Mudhiiah Fi Sh-Shalaati' Alaa Khairil Bariyyah" yang bererti Bintang-Bintang yang bercahaya (dalam Selawat) atas sebaik-baik makhluk (iaitu Sayyidina Muhammad SAW). Selawat tersebut bagaikan cahaya bintang dilangit. Dengan kita membaca selawat dimaksud maka InsyaAllah akan mendapat limpahan cahaya, rahmat, taifiq dan hidayah dari Allah SWT dan Syafa'atnya Rasulullah Muhammad SAW. Sehingga akan mencapai derajat yang tinggi di dunia dan akhirat.
Dalam kitab Ghayah Al Qashd dikutip pernyataan singkat Al-Habib Abdullah Al-Haddad kepada Al-Habib Ahmad Bin Umar Al-Hinduan Radhiyallah 'anhuma. Dimana pada suatu kesempatan Al-Habib Abdullah berkata kepada Al-Habib Ahmad Bin Umar Al-Hinduan: "Perasaan hati kami selalu bersamamu, (duhai) engkau AL-HINDUAN".Al-Habib Ahmad Al-Hinduan menjawab: Tak ada yang dapat menyenangkan dan memperbaiki perasaan hati kami selain AL-HADDAD".
Dalam kitab Rafu Al-Astaar tertulis pengakuan langsung dari pengarangnya iaitu: Al-Habib Abdurrahman Bin Abdullah Bin Ahmad Ba Faqih. Bahwa Al-Habib Ahmad Bin Umar Al-Hinduan RA adalah peribadi yang alim, tersohor, dan memahami berbagai bidang ilmu. Aku telah membaca kitab dihadapannya pada berbagai kesempatan secara tekun dan mengambil manfaat dari dirinya. Dan aku telah memakai khirqah mulia (pakaian simbol sufi) dari beliau berulang kali. Dan beliau telah memberi ijazah kepadaku baik secara khusus ataupun umum. Dan aku menemani Al-Habib Ahmad Bin Umar Al-Hinduan RA hingga beliau wafat di tahun 1122H.
Wafat: Al-Habib Ahmad Bin Umar Al-Hinduan RA wafat tanpa menderita suatu penyakit, pada malam jumaat tanggal 19 atau 20 shafar tahun 1122H, disemadikan di Tarim, Hadharamaut (Yaman). Dan Beliau meninggalkan banyak anak, putera dan puteri.
Sumber Daripada : Al-Habib Al-Sayyid Murtadha Bin Muhsin Al-Hinduan (Situbondo,januari 2006,Penghimpun)

Selasa, 25 Februari 2014

Shalawat Habib Ahmad Bin Umar al-Hinduan Ba’alawiy

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَأَشْغِلِ الظَّالِمِينَ بِالظَّالِمِينَ
2x.
وَأَخْرِجْنَا مِنْ بَيْنِهِمْ سَالِمِينَ وَعلَى الِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِين .
Artinya: “Ya Allah, berikanlah shalawat kepada pemimpin kami Nabi Muhammad, dan sibukkanlah orang-orang zhalim agar mendapat kejahatan dari orang zhalim lainnya, selamatkanlah kami dari kejahatan mereka. Dan berilanlah shalawat kepada seluruh keluarga dan para sahabat beliau.
Penjelasan:
Shalawat ini dinisbahkan kepada salah satu wali besar yang merupakan ulama beken di zamannya Sayyidina al-Imam al-Habib Ahmad Bin Umar al-Hinduan Radhiyallahu Anhu. Shalawat ini beliau catatkan dalam sebuah kitab yang beliau namakan al-Kawakib al-Mudhi’ah Fi Dzikr al-Shalah Ala Khair al-Bariyyah.
Shalawat ini sering dibaca oleh para ulama nusantara dalam berbagai acara istighatsah dan juga dibaca oleh masyarakat luas diberbagai masjid, mushalla dan majelis-majelis taklim di jakarta dan sekitarnya.
Shalawat ini pertama kalinya dipopulerkan di jakarta melalui pemancar radio assyafiiyah bali matraman dengan nagham (nada) yang sangat menyentuh indah didengar dan terasa sejuk di hati pembaca dan pendengarnya.
Abuya K.H Saifuddin Amsir pendiri Pondok Pesantren al-Asyirah al-Qur’aniyah Jakarta memasukan shalawat ini menjadi salah satu menu utama dari dzikir-dzikir istighatsah Jakarta.
By
H. Rizki Zulqornain Asmat Cakung
Khadimut Thalabah Majelis al-Muafah

Isnin, 24 Februari 2014

ALLAH SWT TIDAK AKAN MENYIA-NYIAKAN SEDEKAH KITA.

MEREDAM KEMURKAAN ILAHI Penulis : Sayyid Munzir Al Musawa
Seorang pria muda (sebutlah ia bernama amir) mendengar hadits-hadits dan ayat tentang mulianya bersedekah di jalan Allah, betapa mulianya ber infaq dengan shadaqatussir (sedekah secara sembunyi-sembunyi), sebagaimana hadits Rasul saw “Sedekah dengan sembunyi sembunyi memadamkan kemurkaan Allah” (HR Thabrani dg sanad Hasan).
Maka bangkitlah di hati Amir niat luhur untuk melakukannya, ia merasa telah banyak bermaksiat dan ia merasa ibadah-ibadahnya tak cukup untuk memadamkan kemurkaan Allah swt, dan iapun mulai mengumpulkan hartanya, setiap ia mendapat untung dari pekerjaannya selalu ia sisihkan untuk bersedekah secara sembunyi-sembunyi, siang malam ia terus berusaha dengan gigih mengumpulkan uang hingga setahun lamanya, terkumpullah sejumlah uang dinar emas yang cukup banyak jumlahnya.
Malam itu Amir menaruh seluruh uangnya itu dalam kantung besar, lalu ia berpakaian gelap dan penutup wajah hingga tak seorangpun mengenalinya, ia berjalan ditengah malam yang sunyi, tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang tertidur di emper jalan, maka ia lemparkan kantong uangnya pada tubuh si wanita, si wanita pun kaget terbangun, dan hanya menyaksikan pria bercadar itu lari terbirit-birit.
Amir membatin dalam hatinya”, “ah”,wanita itu pasti berharap isi kantung itu adalah makanan, namun ,”MASYA ALLAH,”SETUMPUK UANG DINAR?!!..wah.. dia pasti gembira dan mendoakanku..Puji syukur atas Mu Rabbiy, aku lelah setahun mengumpulkan uang untuk hal ini.., semoga Engkau menjadikannya shadaqah rahasia yang kau terima..
Keesokan harinya heboh lah kampung itu dengan kabar bahwa seorang wanita pelacur mendapat sekantung uang dinar emas ketika sedang menunggu pelanggannya”!!, mendengar berita itu maka Amir terhenyak lemas.. ia membatin”, Subhanallah.. pelacur.. sedekahku yang kukumpulkan setahun ternyata ditelan pelacur!, ah.. sedekahku tak diterima oleh Allah.. hanya menjadi santapan wanita pezina dan penyebab orang berzina”naudzubillah”!
Amir muram dan sedih.. namun ia tetap penasaran, ingin agar sedekahnya diterima oleh Allah dan tak salah alamat, maka ia mengumpulkan lagi harta dengan lebih gigih lagi hingga setahun lamanya, setelah harta terkumpul ia membeli sebanyak-banyaknya perhiasan emas dan berlian, terkumpullah sekarung perhiasan beragam corak dan jenis.. ah.. ia puas memandang jerih payahnya.., iapun mengulangi perbuatannya, menggunakan penutup wajah dan membawa karung perhiasan itu ditengah malam.., tiba-tiba ia melihat seorang lelaki setengah baya yang sedang berjalan ditengah malam, wajahnya tampak kusut dan penuh kegundahan, maka si Amir pun melemparkan karung itu pada si lelaki dan berkata : “terimalah sedekahku..!”, lalu iapun lari terbirit-birit, agar si lelaki itu tak mengenalinya.
Keesokan harinya kampung itu gempar, semalam ada seorang perampok yang ketiban rizki sekarung perhiasan dari lelaki misterius”, ah..ah.. Amir sangat lesu.. dua tahun sudah kukumpulkan uang dengan susah payah, tapi selalu salah alamat. Namun Amir masih juga penasaran.., ia kembali kumpulkan uang.. berlanjut hingga setahun, maka ia berbuat seperti tahun yang lalu lalu, menaruh uang dinar emasnya di kantung kulit, lalu berjalan ditengah malam.. ia melihat seorang tua renta yang berjalan tertatih tatih sendirian.. nah.. ini.. pasti tak salah alamat..gumam Amir.. iapun memberikan kantung Dinar Emasnya pada Kakek itu dan lari.
Keesokan harinya kampung itu gempar lagi, seorang Kakek yang menjadi orang terkaya di kampung itu mendapat sedekah sekantung emas dinar.. maka Amir pun roboh.. ia kapok.. berarti memang ia adalah pria busuk yang sedekahnya tak akan diterima oleh Allah, 3 tahun ia berjuang namun Allah menghendaki lain.., Amir pun berdoa : “Rabbiy kalau kau menerima sedekahku itu maka tunjukkanlah”.
Zaman terus berlanjut tanpa terasa, puluhan tahun kemudian Amir sudah tua renta, di usia senjanya ia mendengar ada dua orang ulama adik kakak, keduanya menjadi ulama besar dan mempunyai murid ribuan, kedua Ulama itu anak yatim, ayah mereka wafat saat mereka masih kecil, lalu karena jatuh miskin maka ibunya akhirnya melacur untuk menghidupi anaknya, dalam suatu malam ibunya bermunajat pada Allah : “Rabbiy, kuharamkan rizki yang haram untuk anak-anakku, malam ini berilah aku rizki Mu yang halal, lalu Ibu itu tertidur di emper jalan, lalu ada seorang misterius yang melemparkan sekantung uang dinar emas padanya, lelaki itu menutup wajahnya dengan cadar, maka sang Ibu gembira, bertobat, dan menyekolahkan anaknya dengan uang itu dan hingga kedua anaknya menjadi Ulama dan mempunyai murid ribuan banyaknya...
Airmata menetes membasahi kedua pipi Amir yang sudah tua renta, oh.. sedekah ku itu ternyata diterima Allah.. dan pahalanya dijaga Allah hingga berkesinambungan dengan anak-anak sipelacur yang menjadi ulama dengan uang sedekahnya, dan memiliki murid ribuan pula, Maha Suci Allah.. Dia tidak menyia-nyiakan jerih payahku.. namun apa nasibnya dengan sedekahku yang tahun kedua?, belum lama Amir membatin, datang pula kabar bahwa seorang Wali Allah barusaja wafat.., dia dulunya adalah perampok, suatu malam ia dilempari sekarung perhiasan oleh pria misterius, lalu ia bersyukur kepada Allah, beribadah dan beribadah, meninggalkan kehidupan duniawi, berpuasa dan bertahajjud, hingga menjadi orang yang Shalih dan Mulia, dan wafat sebagai dengan mencapai derajat Waliyullah (kekasih Allah) dan banyak pula orang yang bertobat ditangannya.
Amir semakin cerah wajahnya dan semakin malu kepada Allah, tak lama sampai pula kabar padanya bahwa telah dibangun sebuah rumah amal, yang selalu tak pernah sepi dikunjungi para pengemis, rumah amal itu selalu membagi-bagikan hartanya pada para Fuqara, rumah amal itu didirikan oleh seorang tua renta yang kaya raya di kampung itu, ia awalnya sangat kikir, namun suatu malam ia dihadiahi sekantung uang dinar emas oleh pria misterius, iapun malu dan bertobat, lalu menginfakkan seluruh hartanya untuk rumah amal.
Amir tak tahan menyungkur sujud kehadirat Allah swt, betapa luhurnya Dia Yang Maha Menjaga Amal nya yang tak berarti hingga berlipat-lipat dan berkesinambungan, ah.. Amir benar-benar telah mencapai cita-citanya.. yaitu sabda Rasul saw :
“Sedekah secara sembunyi-sembunyi memadamkan kemurkaan Allah”, dan ia mendapatkan pahala yang terus mengalir tanpa henti, bagai menaruh saham dengan keuntungan berjuta kali lipat setiap kejapnya, betapa tidak”, apalah artinya sekantung uang dinar emas dibanding pahala sujud orang yang bertobat”, sedangkan kita mendengar hadits Rasul saw :
“Dua raka`at Qabliyah Subuh lebih mulia dari dunia dan segala isinya”.
Lalu bagaimana dengan pahala yang bertumpuk dari sebab amal sedekahnya yang tak berarti itu?, betapa beruntungnya si pria ini, dan betapa mulia derajatnya, dan merugilah mereka yang kikir dengan hartanya, yang merasa bahwa makan dan minumnya lebih berhak didahulukan daripada menjadikannya perantara yang mendekatkannya pada Keluhuran yang Abadi, ah.. semoga aku dan kalian dikelompokkan sebagai penanam saham untuk meneruskan tegaknya Dakwah Nabi Muhammad saw, amiin..
sumber :
“ Penjelasan kitab Al Hikam oleh Al Allamah Alhabib Umar bin Hafidh, pada pesantren kilat 40 hari pada Jumaditsani 1425 H di Darulmustafa Tarim, Yemen.
“ Mukhtar Al Hadits MAJELIS RATIB DAN MAULID HABIB ABU BAKAR BIN ALWI ALHABSY

SAMPAIKAN ILMU DARIKU WALAU SATU AYAT.

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)
Seputar perawi hadits :
Hadits ini diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin ‘Amr bin Al Ash bin Wa’il bin Hasyim bin Su’aid bin Sa’ad bin Sahm As Sahmiy. Nama kunyah beliau Abu Muhammad, atau Abu Abdirrahman menurut pendapat lain. Beliau adalah salah satu diantara Al ‘Abaadilah (para shahabat yang bernama Abdullah, seperti ‘Abdullah Ibn Umar, ‘Abdullah ibn Abbas, dan sebagainya –pent) yang pertama kali memeluk Islam, dan seorang di antara fuqaha’ dari kalangan shahabat. Beliau meninggal pada bulan Dzulhijjah pada peperangan Al Harrah, atau menurut pendapat yang lebih kuat, beliau meninggal di Tha’if.
Poin kandungan hadits :
Pertama:
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menyampaikan perkara agama dari beliau, karena Allah subhanahu wa ta’ala telah menjadikan agama ini sebagai satu-satunya agama bagi manusia dan jin (yang artinya), “Pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu dan telah kusempurnakan bagimu nikmat-Ku dan telah aku ridhai Islam sebagai agama bagimu” (QS. Al Maidah : 3). Tentang sabda beliau, “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat”, Al Ma’afi An Nahrawani mengatakan, “Hal ini agar setiap orang yang mendengar suatu perkara dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersegera untuk menyampaikannya, meskipun hanya sedikit. Tujuannya agar nukilan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dapat segera tersambung dan tersampaikan seluruhnya.” Hal ini sebagaimana sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Hendaklah yang hadir menyampaikan pada yang tidak hadir”. Bentuk perintah dalam hadits ini menunjukkan hukum fardhu kifayah.
Kedua:
Tabligh, atau menyampaikan ilmu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terbagi dalam dua bentuk :
1. Menyampaikan dalil dari Al Qur’an atau sebagiannya dan dari As Sunnah, baik sunnah yang berupa perkataan (qauliyah), perbuatan (amaliyah), maupun persetujuan (taqririyah), dan segala hal yang terkait dengan sifat dan akhlak mulia Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Cara penyampaian seperti ini membutuhkan hafalan yang bagus dan mantap. Juga cara dakwah seperti ini haruslah disampaikan dari orang yang jelas Islamnya, baligh (dewasa) dan memiliki sikap ‘adalah (sholeh, tidak sering melakukan dosa besar, menjauhi dosa kecil dan menjauhi hal-hal yang mengurangi harga diri/ muru’ah, ed).
2. Menyampaikan secara makna dan pemahaman terhadap nash-nash yang ada. Orang yang menyampaikan ilmu seperti ini butuh capabilitas dan legalitas tersendiri yang diperoleh dari banyak menggali ilmu dan bisa pula dengan mendapatkan persaksian atau izin dari para ulama. Hal ini dikarenakan memahami nash-nash membutuhkan ilmu-ilmu lainnya, di antaranya bahasa, ilmu nahwu (tata bahasa Arab), ilmu-ilmu ushul, musthalah, dan membutuhkan penelaahan terhadap perkataan-perkataan ahli ilmu, mengetahui ikhtilaf (perbedaan) maupun kesepakatan yang terjadi di kalangan mereka, hingga ia mengetahui mana pendapat yang paling mendekati dalil dalam suatu masalah khilafiyah. Dengan bekal-bekal ilmu tersebut akhirnya ia tidak terjerumus menganut pendapat yang ‘nyleneh’.
Ketiga:
Sebagian orang yang mengaku sebagai da’i, pemberi wejangan, dan pengisi ta’lim, padahal nyatanya ia tidak memiliki pemahaman (ilmu mumpuni) dalam agama, berdalil dengan hadits “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat”. Mereka beranggapan bahwasanya tidak dibutuhkan ilmu yang banyak untuk berdakwah (asalkan hafal ayat atau hadits, boleh menyampaikan semau pemahamannya, ed). Bahkan mereka berkata bahwasanya barangsiapa yang memiliki satu ayat maka ia telah disebut sebagai pendakwah, dengan dalil hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tersebut. Menurut mereka, tentu yang memiliki hafalan lebih banyak dari satu ayat atau satu hadits lebih layak jadi pendakwah. Pernyataan di atas jelas keliru dan termasuk pengelabuan yang tidak samar bagi orang yang dianugerahi ilmu oleh Allah. Hadits di atas tidaklah menunjukkan apa yang mereka maksudkan, melainkan di dalamnya justru terdapat perintah untuk menyampaikan ilmu dengan pemahaman yang baik, meskipun ia hanya mendapatkan satu hadits saja. Apabila seorang pendakwah hanya memiliki hafalan ilmu yang mantap, maka ia hanya boleh menyampaikan sekadar hafalan yang ia dengar. Adapun apabila ia termasuk ahlul hifzh wal fahm (punya hafalan ilmu dan pemahaman yang bagus), ia dapat menyampaikan dalil yang ia hafal dan pemahaman ilmu yang ia miliki. Demikianlah sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Terkadang orang yang disampaikan ilmu itu lebih paham dari yang mendengar secara langsung. Dan kadang pula orang yang membawa ilmu bukanlah orang yang faqih (bagus dalam pemahaman)”. Bagaimana seseorang bisa mengira bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan orang yang tidak paham agama untuk mengajarkan berdasarkan pemahaman yang ia buat asal-asalan (padahal ia hanya sekedar hafal dan tidak paham, ed)?! Semoga Allah melindungi kita dari kerusakan semacam ini.
Diterjemahkan dari : “Ta’liqat ‘ala Arba’ina Haditsan fi Manhajis Salaf” Syaikh Ali bin Yahya Al Haddadi
(http://haddady.com/ra_page_views.php?id=299&page=24&main=7) Penerjemah: Yhouga Ariesta
Editor: M. A. Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id

SAJARAH SINGKAT AL-HABIB ALI BIN ABDURRAHMAN ALHABSYI

Al-Habib Ali Alhabsyi adalah putera dari Al-Habib Abdurrahman Alhabsyi. Ayah beliau tinggal di Jakarta. Ibunda beliau yaitu Nyai Salmah berasal dari Jatinegara, Jakarta Timur. Dalam perkawinannya dengan Al-Habib Abdurrahman Alhabsyi lama sekali tidak memperoleh seorang putera pun. Pada suatu ketika Nyai Salmah bermimpi menggali sumur dan sumur tersebut airnya melimpah-limpah hingga membanjiri sekelilingnya. Lalu diceritakanlah mimpinya itu kepada suaminya.
Mendengar mimpi istrinya, Al-Habib Abdurrahman segera menemui Al-Habib Syeikh bin Ahmad Bafaqih untuk menceritakan dan menanyakan perihal mimpi istrinya tersebut. Lalu Al-Habib Syeikh menerangkan tentang perihal mimpi tersebut bahwa Nyai Salmah istri Al-Habib Abdurrahman akan mendapatkan seorang putra yang saleh dan ilmunya akan melimpah-limpah keberkatannya.
Apa yang dikemukakan oleh Al-Habib Syeikh itu tidak berapa lama menjadi kenyataan. Nyai Salmah mengandung dan pada hari Minggu tanggal 20 Jumadil ‘Awal 1286 bertepatan tanggal 20 April 1870 lahirlah seorang putra yang kemudian diberi nama Ali bin Abdurrahman Alhabsyi.
Al-Habib Abdurrahman Alhabsyi tidak lama hidup mendampingi putra yang beliau cintai tersebut. Beliau berpulang ke Rahmatulloh ketika putra beliau masih berumur 10 tahun. Tetapi sebelum beliau wafat, beliau sempat menyampaikan suatu wasiat kepada istrinya agar putra beliau hendaknya dikirim ke Hadramaut dan Makkah untuk belajar ilmu agama Islam di tempat-tempat tersebut.
Untuk memenuhi wasiat suaminya, Nyai Salmah menjual gelang satu-satunya perhiasan yang dimilikinya untuk biaya perjalanan Habib Ali Alhabsyi ke Hadramaut dan Makkah. Karena di waktu wafatnya Al-Habib Abdurrahman Alhabsyi tidak meninggalkan harta benda apapun. Dalam usia 10 tahun berangkatlah Al-Habib Ali Alhabsyi dari Jakarta menuju Hadramaut, dengan bekal sekedar ongkos tiket kapal laut sampai di tempat yang dituju.
Sesampainya di Hadramaut, Al-Habib Ali sebagai seorang anak yang sholeh, tidak mensia-siakan masa mudanya yang berharga itu untuk menuntut ilmu yang bermanfaat, sambil mencari rizki yang halal untuk bekal hidup beliau selama menuntut ilmu di tempat yang jauh dari ibunya. Sebab beliau menyadari bahwa ibunya tidak mampu untuk mengirimkan uang kepada beliau selama menuntut ilmu di luar negeri tersebut.
Diantara pekerjaan beliau selama di Hadramaut dalam mencari rizki yang halal untuk bekal menuntut ilmu ialah mengambil upah menggembala kambing. Pekerjaan menggembala kambing ini rupanya telah menjadi kebiasaan kebanyakan para sholihin, terutama para Anbiya’. begitulah hikmah Ilahi dalam mendidik orang-orang besar yang akan diberikan tugas memimpin umat ini.
Diantara guru-guru beliau yang banyak memberikan pelajaran dan mendidik beliau selama di Hadramaut antara lain :
Al-’Arif billah Al-Imam Al-Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi (Shohibul maulid di Seiwun)
Al-Imam Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-’Attos (Huraidha)
Al-Habib Al-Allammah Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur (Mufti Hadramaut)
Al-Habib Ahmad bin Hasan Alaydrus (Bor)
Al-Habib Ahmad bin Muhammad Al-Muhdhor (Guwairah)
Al-Habib Idrus bin Umar Alhabsyi (Ghurfah)
Al-Habib Muhammad bin Sholeh bin Abdullah Alatas (Wadi Amed)
As-Syeikh Hasan bin Mukhandan (Bor)
Setelah belajar di Hadramaut, beliau melanjutkan pelajaran di tanah suci Makkah, dibawah didikan ulama-ulama besar disana, diantaranya :
Mufti Makkah Al-Imam Muhammad bin Husin Alhabsyi
Sayid Bakri Syaththa’
As-Syeikh Muhammad Said Babsail
As-Syeikh Umar Hamdan
Berkat doa ibu dan ayah beliau, juga berkat doa para datuk-datuk beliau, terutama datuk beliau Rasullulloh SAW, dalam masa 6,5 tahun belajar di luar negeri Al-Habib Ali telah memperoleh ilmu Islam yang murni, luas dan mendalam yang dibawanya kembali ke Indonesia.
Meskipun demikian, beliau adalah seorang yang tidak sombong atas ilmunya. Beliau tidak menganggap bahwa ilmu yang dimilikinya sudah cukup. Beliau masih dan selalu mengambil manfaat dari para alim ulama yang ada di Indonesia saat itu. Beliau mengambil ilmu dari mereka. Diantara para guru beliau yang ada di Indonesia adalah :
Al-Habib Muhammad bin Thohir Alhaddad (Tegal)
Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi (Surabaya)
Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alatas (Empang, Bogor)
Al-Habib Husin bin Muhsin Asy-Syami Alatas (Jakarta)
Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhor (Bondowoso)
Al-Habib Ahmad bin Muhsin Alhaddar (Bangil)
Al-Habib Abdullah bin Ali Alhaddad (Bangil)
Al-Habib Abdullah bin Usman Bin Yahya (Mufti Jakarta)
Selain menuntut ilmu, beliau juga aktif dalam mengembangkan dakwah Islamiyyah, mengajak umat Islam untuk mengikuti ajaran-ajaran Islam yang suci dengan dasar cinta kepada Alloh dan Rasul-Nya SAW.
Selain di pengajian tetap di majlis ta’lim Kwitang yang diadakan setiap hari Minggu pagi sejak kurang lebih 70 tahun yang lalu hingga sekarang dengan kunjungan umat Islam yang berpuluh-puluh ribu, beliau juga aktif menjalankan dakwah di lain-lain tempat di seluruh Indonesia. Bahkan hingga ke desa-desa yang terpencil di lereng-lereng gunung. Selain itu Al-Habib Ali Alhabsyi juga berdakwah ke Singapura, Malaysia, India, Pakistan, Srilangka dan Mesir. Beliau juga sempat mendirikan sebuah madrasah yang bernama Unwanul Ulum. Beliau banyak juga mendirikan langgar dan musholla, yang kemudian diperbesar menjadi masjid. Selain itu beliau juga sempat menulis beberapa kitab, diantaranya Al-Azhar Al-Wardiyyah fi As-Shuurah An-Nabawiyyah dan Ad-Durar fi As-Shalawat ala Khair Al-Bariyyah.
Beliau selain ahli dalam menyampaikan dakwah ilalloh, beliau juga terkenal dengan akhlaknya yang tinggi, baik terhadap kawan maupun terhadap orang yang tidak suka kepadanya. Semuanya dihadapinya dengan ramah-tamah dan sopan santun yang tinggi. Terlebih lagi khidmat beliau terhadap ibunya adalah sangat luar biasa. Dalam melakukan rasa bakti kepada ibunya sedemikian ikhlas dan tawadhu’nya, sehingga tidak pernah beliau membantah perintah ibunya. Biarpun beliau sedang berada di tempat yang jauh, misalnya sewaktu beliau sedang berdakwah di Surabaya ataupun di Singapura, bila beliau menerima telegram panggilan dari ibunya, segera beliau pulang secepat-cepatnya ke Jakarta untuk memenuhi panggilan ibunya tersebut.
Maka tidak heran apabila ilmu beliau sangat berkat, dan dakwah beliau dimana-mana mendapat sambutan yang menggembirakan. Setiap orang yang jumpa dengan beliau, apalagi sampai mendengarkan pidatonya, pastilah akan tertarik. Terutama di saat beliau mentalqinkan dzikir atau membaca sholawat dengan suara mengharukan, disertai tetesan air mata, maka segenap yang hadir turut meneteskan air mata. Dan yang demikian itu tidak mungkin jika tidak dikarenakan keluar dari suatu hati yang ikhlas, hati yang disinari oleh nur iman dan nur mahabbah kepada Alloh dan Rasul-Nya SAW.
Akhirnya sampailah waktu dimana beliau memenuhi panggilan Allah. Beliau berpulang ke haribaan Allah pada hari Minggu tanggal 20 Rajab 1388 bertepatan dengan 13 Oktober 1968, di tempat kediaman beliau di Kwitang Jakarta, dalam usia 102 tahun menurut Hijriyah atau usia 98 tahun menurut perhitungan Masehi. Ungkapan duka cita mengiringi kepergian beliau. Masyarakat berbondong-bondong hadir mengikuti prosesi pemakaman beliau…dalam suasana sendu dan syahdu. Seorang ulama besar telah berpulang, namun jasa-jasa dan ahklak mulia beliau masih tetap terkenang…menembus batasan ruang dan zaman.
Radhiyallahu anhu wa ardhah…

PENYERU AJARAN SUCI SANG NABI

(Habib Umar bin Hafidz)
Berisi perjalanan hidup, saat-saat merintis dakwah, metode dakwah serta nasehat dan ringkasan ceramah al-'Allamah ad-Dai Ilallah al-Habib Umar bin Hafidz bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, baik dalam serangkaian kunjungannya di Indonesia ataupun diberbagai belahan dunia manapun, yang mana harapannya adalah agar kita semakin kenal dengan sosok tokoh ulama yang menjadi rujukan ummat dunia saat ini.
Patut kita ketahui, bahwa dalam teori dakwah, sebagus apapun Ajaran Islam namun apabila seorang dai tidak dapat menyampaikan dan 'mengemas' ajaran tersebut dengan metode yang baik, bisa jadi akan ditinggalkan dan dijauhi ummat. Karena salah satu faktor penentu keberhasilan dakwah adalah metode yang tepat yang digunakan oleh sang dai dalam menyampaikan materi.
Dalam hal ini, al-'Allamah al-Habib Umar bin Hafidz, mengemasnya dengan bijak, apik, menarik, dan menyentuh hati. Sehingga dakwahnya pun dapat diterima oleh berbagai kalangan. Buku ini juga dilengkapi galeri foto-foto eksklusif perjalanan dakwah Habib Umar bin Hafidz.