Catatan Popular

Jumaat, 13 Mei 2011

Manaqib Shahibur Ratib Alaydrus Al- Habib Al- Imam ‘Abdullah bin Abu Bakar Alaydrus Akbar

Beliau adalah seorang Sayyid dan Syarif (julukan khusus untuk keturunan Nabi Muhammad SAW) Imam para Wali dan orang-orang sholeh (Al-Qutub) beliau dijuluki Abu Muhammad dan bergelar Alydrus
Alaydrus artinya ketua orang-orang Tasawuf (tekun dalam menempuh jalan kesucian).. Beliau dilahirkan di Kota Tarim pada tanggal 10 Zulhijjah tahun 811 H.
Shahibur Ratib ini belajar Al-Qur’an dari seorang guru besar Syaikh Muhammad bin Umar Ba’alawi, dan belajar ilmu Fiqih dari guru-guru ahli Fiqih Syaikh Saad bin Ubaidillah bin Abi Ubay Abdullah Bahrawah, Syaikh Abdullah Bagasyin, Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Umar dan lain-lain.
Beliau mempelajari dan memperdalam kitab Tanbih dan Minhaj, beliau sangat senang membaca kita tersebut. Beliau mempelajari Tasawuf dari seorang guru Al-Imam Syaikh Umar Muhdhar dan membekali dirinya sebagai seorang syufi (ahli Tasawuf), beliau sangat gemar membaca kitab-kitab karangan Imam Ghazali terutama kitab Ihya Ulumuddin sehingga hampir hafal dan pindah ke batinnya.
Beliau banyak memuji sang pengarangnya, kami diperingatkan beliau segala sesuatu mengenai terjemahan kita Ihya Ulumuddin tersebut.
Shahibur Ratib mempunyai kata-kata hikmah yang sangat tinggi mengenai Tauhid diantaranya beliau mengucapkan “ Seandainya Saya Disuruh Untuk Mengarang Dengan Hanya Huruf Alif Seratus Jilid Pasti Akan Saya Lakukan”.
Diantara karangan Beliau adalah Kitab Al-kibritul Ahmar dan syarahnya dalam bentuk syair untuk Paman Beliau Al-Habib Syaikh Umar Muhdhar.
Kata-kata beliau yang lain lagi di antaranya “Bagi saya sama saja pujian dan makian, lapar dan kenyang, pakaian mewah dan pakaian rendah, lima ratus dinar ataupun dua dinar. Sejak kecil hatiku tidak pernah condong selain kepada allah swt dan bagaimana hatiku bisa tenang apabila badan saya berbalik ke kanan saya melihat surga dan apabila berbalik ke kiri saya melihat neraka”.
Beliau sangat takut kepada Allah Swt , dan sangat tawadlu. Beliau tidak pernah merasa dirinya lebih baik, dari siapapun makhluk Allah Swt bahkan binatang sekalipun.
Beliau senantiasa bersujud di tanah karena merendahkan dirinya di hadapan Allah Swt. Beliau selalu membawa sendiri keperluannya dari pasar dan tidak mengizinkan orang lain membawanya. Senantiasa beliau duduk di tempat yang rendah, senantiasa berjalan kaki ke tempat-tempat yang jauh dan kerap kali meminum air hujan. Demikianlah beliau memerangi hawa nafsu keduniaan sejah usia 6 (enam) tahun. Al-Habib Abdullah Alaydrus Akbar berpuasa selama dua tahun dengan buka puasa tidak melebihi dari dua butir korma kecuali di malam-malam tertentu di mana ibunya datang membawa sedikit makanan. Beliau memakannya semata-mata untuk menyenangkan hati ibunya.
Gurunya Habib Syaikh Umar Muhdhar berkata “Aku mengawinkan putriku Aisyah dengan keponakanku HabibAbdullah Alaydrus Akbar disebabkan Aku mendapatkan isyarat dari sesepuhku (pendahuluku)”
Al-Habib Muhammad bin Hasan Al-mu’alim Ba’alawi berkata “Al-Habib Abdullah Alaydrus Akbar mendapatkan maqam (kedudukan) yang tidak didapati oleh orang lain. baik sebelum maupun sesudahnya”.
Al-Habib Abdullah Alaydrus Akbar telah mendapat pujian dari orang besar, para wali dan para guru, antara lain dari kakeknya sendiri Al-Imam Abdurrahman bin Muhammad Assegaf, dari ayahnya Al-Habib Abubakar Assakran, dari Syaikh Saad bin Ali Al-Majhaj, dan juga dari Syaikh Abdullah bin Tohir Al-Douanidan. Beliau dipuji pula oleh pemuka sufi wanita Al-Zubaidiah, Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Jabaruti, Syaikh Umar bin Said Bajabir, Syaikh Husain Al-Gharib, Syaikh Ma’aruf bin Muhammad Ba’Abbad, Syaikh Muhammad Baharmuz, dan Syaikh Abdurrahman Al-Khatib pengarang kitab Al-Jauhar.
Beberapa pengarang kitab yang bermutu memuji dan meriwayatkan beliau diantaranya Al-Yafii dalam Kitab Uqbal Barahim Al-Musyaraqah, muridnya Al-Imam Al-Habib Umar Bin Abdurrahman Ba ‘Alawi dalam kitabnya Al-Hamrah dan Syaikh Abdillah Bin Abdurrahman Bawazier, dalam kitab Al-Tuhfa, mereka mengutarakan Manaqib (Riwayat Singkat), kewalian dan keramat-keramat yang sebagaian terjadi sebelum dan sesudah beliau dilahirkan.
Sebagian para wali mimpi bertemu Nabi Muhammad Saw, yang memuji Al-Habib Al-Imam Abdullah Alaydrus Akbar dengan sabdanya “Ini anakku, ini ahli warisku, ini darahku dagingku, orang-orang besar akan mempelajari ilmu thariqah darinya”
Diantara yang mengambil dan belajar thariqah dari Habib Abdullah Alaydrus Akbar antara lain saudaranya sendiri Habib Ali Bin Abi Bakr Sakran, Habib Umar Ba’alawi (pengarang kitab Alhamrah) dan pengarang kitab Faturrohim Al-Rahman, Syaikh Abdullah Bin Abdul Rahman Bawazier, Al-‘Allamah Syaikh Abdullah Bin Ahmad Baksir Al-Makki, dan ringkasnya kebaikan dan akhlak beliau tidak terlukiskan, sedangkan ilmu dan karomahnya laksana lautan.
Al-Habib Al-Imam Abdullah Alaydrus Bin Abi Bakar Alaydrus (Shahibur Ratib) wafat pada hari Ahad sebelum waktu dhuhur tanggal 12 Ramadhan 865 H. dalam perjalanan dakwahnya dikota Syihr tepatnya di daerah Abul. Di makamkan dikota Tarim dan di bangun Kubah di atas pusaranya, beliau wafat dalam usia 54 tahun.
Beliau meninggalkan empat putera dan empat puteri. Puteranya : Abubakar Al-Adni, Alwi, Syech dan Husain. Sedangkan puterinya : Ruqayah, Khadijah, Umu Kultsum dan Bahiya.
Ibu Beliau adalah yang bernama Mariam dari seorang yang shaleh bernama Syaikh Ahmad Bin Muhammad Barusyaid. Al-Habib Muhammad Bin Hasan Al-Mualim berkata “Saya mendengar bisikan yang mengatakan “Bila kamu ingin melihat seorang ahli syurga, maka lihatlah Muhammad Barussyaid”!! (diriwayatkan oleh Al-Imam Al–Habib Muhammad bin Ali Maula aidid)”.
Sewaktu Al-Habib Imam Abdurrahman Bin Muhammad Assegaf wafat, usia Al-Habib Abdullah Alaydrus Akbar 8,5 tahun, dan pada waktu ayah beliau wafat (Abu Bakar Syakran) dan umur Beliau berusia 11 tahun setelah Ayahnya wafat Beliau tinggal dan dididik oleh Pamannya Syaikh Al-Habib Umar Muhdhar yang kemudian menikahkannya dengan puterinya Aisyah, pada saat Al-Habib Umar Muhdhar Bin Abdulrahman Assegaf wafat Al-Habib Abdullah Alaydrus Akbar kurang lebih berumur 23 tahun.
Dan ucapan Shohibur Raatib kepada murid-muridnya : “Barang siapa yang masuk dalm pendengaran yang sia-sia, mka ia telah berada dalm kerugian yang besar”.
Nasehat-nasehat beliau yang tertuang dalam kitab Al-Kibratul Ahmar :
Ø Peraslah jasadmu dengan mujahadah (memerangi hawa nafsu dunia) sehingga keluar minyak kemurnian.
Ø Barangsiapa yang menginginkan keridhoan Allah hendaklah mendekatkan diri kepada Allah Swt, karena keajaiban dan kelembutan dari Allah Swt pada saat di akhir malam.
Ø Siapapun dengan kesungguhan hati mendekatkan diri pada Allah maka terbukalah khazanah Allah
Ø Diantara waktu yang bernilai tinggi merupakan pembuka perbendaharaan Ilahi diantara Zuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya dan tengah malam terkakhir sampai ba’da Sholat Shubuh.
Ø Sumber segala kebaikan dan pangkal segala kedudukan dan keberkahan akan dicapai melalui ingat mati, kubur dan bangkai
Ø Keridhaan Allah dan Rasul-Nya terletak pada muthalaah (mempelajari dan memperdalam) Al-Qur’an dan Hadits serta kitab-kitab agama Islam.
Ø Meninggalkan dan menjauhi ghibah (menggunjingkan orang) adalah raja atas dirinnya, menjauhi namimah (mengadu domba) adalah ratu dirinya, baik sangka kepada orang lain adalah wilayah dirinya, duduk dalam majlis zikir adalah keterbukaan hatinya
Ø Kebaikan seluruhnya bersumber sedikit bicara (tidak bicara yang jelek) didalam bertafakur tentang Ilahi dan ciptaan-Nya terkandung banyak rahasia
Ø Jangan kau abaikan sedekah setiap hari sekalipun sekecil atom, perbanyaklah membaca Al-Qur’an setiap siang dan malam hari.
Ø Ciri-ciri orang yang berbahagia adalah mendapatkan taufik dalam hidupnya banyak ilmu dan amal serta baik perangai tingkah lakunya.
Ø Orang yang berakal ialah orang yang diam (tidak bicara sembarangan)
Ø Orang yang takut kepada Allah ialah orang yang banyak sedih (merasa banyak bersalah)
Ø Orang yang raja’ (mengharap ridha Allah) ialah orang yang melakukan ibadah
Ø Orang mulia ialah orang yang bersungguh-sungguh dalam kebaikan dalam ridha Allah Swt yang didambakan dalam hidupnya
Ø Orang yang bertaubat ialah yang banyak menyesali perbuatannya, menjauhi pendengarannya yang tidak bermanfaat dan mendekatkan diri kepada Allah terutama di masa sekarang.
Sumber : Syamsisyumus.org

Tiada ulasan:

Catat Ulasan