Definisi Wali
Kata ‘wali’ bila ditinjau dari segi bahasa berasal dari kata ‘al-wilayah’ yang artinya adalah ‘kekuasaan’ dan ‘daerah’ sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Sikkit t. Atau terambil dari kata ‘al-walayah’ yang berarti pertolongan.
Menurut syariat, wali (wilayah, walayah) artinya kedudukan yang tinggi di dalam agama yang tidak akan dicapai kecuali oleh orang-orang yang melaksanakan tuntunan agama baik secara lahir maupun batin.
Dari sini, wilayah (kewalian) memiliki dua sisi pandang:
Pertama, sisi yang terkait dengan hamba yaitu melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan kemudian secara bertahap dia meningkatkan ubudiyahnya kepada Allah dengan amalan-amalan sunnah.
Kedua, sisi yang terkait dengan Allah, yaitu Allah akan mencintai dia, menolongnya, dan mengokohkannya di atas sikap istiqamah. (Madkhal Syarh Ushul I’tiqad, 9/7)
Di masyarakat, wali adalah gelar yang memiliki prestise tinggi. Orang yang sudah mencapai derajat wali, segala tindakan dan ucapannya bak titah raja, harus diterima dan dilaksanakan meski tak jarang melanggar syariat. Mestinya keadaan ini tidak terjadi bila masyarakat paham bahwa .tidak semua orang yang dianggap sebagai wali adalah wali Allah
Adalah perkara yang lumrah bila kita mendengar kata-kata wali Allah . Di sisi lain, terkadang menjadi sesuatu yang asing bila disebut kata wali setan. Itulah yang sering kita jumpai di antara kaum muslimin. Bahkan sering menjadi sesuatu yang aneh bagi mereka kalau mendengar kata wali setan. Fakta ini menggambarkan betapa jauhnya persepsi saudara kita kaum muslimin dari pemahaman yang benar tentang hakikat wali Allah dan lawannya, wali setan.
Dalam gambaran kebanyakan orang, wali Allah adalah setiap orang yang bisa mengeluarkan keanehan dan mempertontonkannya sesuai permintaan. Selain itu, ia juga termasuk orang yang suka mengerjakan shalat lima waktu atau terlihat memiliki ilmu agama. Bagi siapa yang memiliki ciri-ciri tersebut, maka akan mudah baginya untuk menyandang gelar wali sekalipun dia melakukan kesyirikan dan kebid’ahan.Allah
Pembahasan singkat ini akan mengajak pembaca mengetahui hakikat wali ada walidan juga menjelaskan bahwa di samping wali Allah Allah setan. Sekaligus, tulisan ini membantah dan membimbing dua kelompok manusia dan selain mereka -akan disebut di bawah ini-, untuk kemudian menumbuhkan keyakinan agar mereka kembali beriman dan bertakwa kepada Allah, insya Allah.
Pertama, sebagai bantahan terhadap dua kelompok yang telah keluar dari . Dua kelompok itupemahaman yang benar tentang hakikat wali Allah adalah sebagai berikut:
a. Ahli Tafrith, yaitu orang-orang yang menganggap enteng dan meremehkan di hadapan ahliorang yang beriman dan bertakwa. Kedudukan wali Allah tafrith tidak jauh beda dengan pelaku maksiat, pelaku kesyirikan, dan menyatakan:kebid’ahan. Padahal Allah
“Apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa?” (Al-Qalam: 35)
“Patutkah Kami menjadikan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah pula Kami menjadikan orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?” (Shad: 28)
b. Ahli Ifrath, yaitu orang-orang yang berlebihan (ghuluw) dalam menyikapi wali Allah, termasuk juga orang-orang yang mengkultuskan tersebut sehingga mengangkatnya ke derajat ilahwali Allah (sesembahan). Diserahkan kepadanya beraneka ragam peribadatan seperti cinta, takut, pengagungan, harapan, doa, penyembelihan, dsb.
Kedua, membimbing orang-orang yang keliru dalam memberikan pangkat kewalian kepada orang yang tidak pantas mendapatkannya. Padahal gelar yang pantas diberikan kepadanya adalah wali setan. Jumlah yang seperti ini di masyarakat sangatlah banyak.
Ketiga, memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa bahwa selama dia berada di atas iman dan takwa maka dia tetap dalam kewalian Allah. Walaupun derajat kewalian itu berbeda-beda pada tiap orang tergantung tinggi rendah iman dan takwanya.
?Siapakah Wali Allah
Al-Imam Ath-Thabari t mengatakan: “Wali Allah adalah orang yang memiliki yaitu beriman dansifat seperti yang telah disebutkan Allah bertakwa.” (Tafsir Ath-Thabari, 11/132)
Ibnu Katsir t mengatakan: “Wali-wali-Nya adalah mereka yang beriman dan tentang merekabertakwa sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah sehingga setiap orang yang bertakwa adalah wali-Nya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/422)
adalah orang-orang yang mewujudkanAl-Baidhawi t berkata: “Wali Allah ketaatan kepada Allah dan orang-orang yang diberikan segala bentuk karamah.” (Tafsir Al-Baidhawi, hal. 282)
adalah orang-orangIbnu Rajab Al-Hambali t mengatakan: “Wali Allah dengan berbagai amalan yang bisayang mendekatkan diri kepada Allah mendekatkan diri kepada-Nya.” (Jami’ Al-‘Ulum wal Hikam, hal. 262)
adalah orang yang selaluIbnu Abil ‘Izzi t berkata: “Wali Allah dan selalu mendekatkan dirimelaksanakan segala yang dicintai Allah kepada-Nya dengan segala perkara yang diridhai-Nya.” (Syarah Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah, hal. 360)
adalah orang yangAl-Hafidz Ibnu Hajar t mengatakan: “Wali Allah dan dia terus-menerus di atas ketaatanberilmu tentang Allah kepada-Nya dengan mengikhlaskan peribadatan.” (Fathul Bari, 11/342)
adalah orang yangSyaikhul Islam Ibnu Taimiyyah t berkata: “Wali Allah beriman dan bertakwa.” Dalam kesempatan lain beliau berkata: “Mereka .adalah orang-orang yang beriman dan ber-wala’ (loyal) kepada Allah Mereka mencintai apa-apa yang dicintai-Nya, membenci apa-apa yang dibenci-Nya, ridha terhadap apa-apa yang diridhai-Nya, murka terhadap apa-apa yang dimurkai-Nya, memerintahkan kepada apa-apa yang diperintahkan-Nya, mencegah apa-apa yang dicegah-Nya, memberi kepada orang yang Dia cinta untuk diberi, dan tidak memberi kepada siapa yang Dia larang untuk diberi.” (Al-Furqan dalam kitab Majmu’atut Tauhid, hal. 329)
adalah setiapAl-Hafidz Ibnu Ahmad Al-Hakami t mengatakan: “Wali Allah , bertakwa kepada-Nya dan mengikutiorang yang beriman kepada Allah .” (A’lamus Sunnah Al-Manshurah, hal. 192)Rasulullah
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin t berkata: “Wali Allah adalah orang-orang yang telah dijelaskan dalam firman-Nya (Yunus: 62-63).”
Ketahuilah! Sesungguhnya wali-wali Allah, tidak ada kebimbangan (dari sesuatu yang tidak baik) terhadap mereka dan mereka pula tidak akan berdukacita. (62) (Wali-wali Allah itu ialah) orang-orang yang beriman serta mereka pula sentiasa bertakwa. (63)
Kemudian beliau menukilkan ucapan Ibnu Taimiyyah t: “Barang siapa .” (Syarahyang beriman dan bertakwa maka dia adalah wali Allah Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah hal. 626)
Dari beberapa ucapan ulama di atas, sangat jelas bagi kita siapa yang . Semua ucapan ulama tersebut tidak salingdimaksud dengan wali Allah bertentangan walaupun ungkapannya berbeda-beda. Semua pendapat mereka :bermuara pada firman Allah
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (Yunus: 62-63) [Al-Furqan dalam kitab Majmu’atut Tauhid hal. 339]
Siapakah Wali Setan?
Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu t berkata: “Wali setan adalah dan orang-orang yang tidak mematorang-orang yang menyelisihi Allah uhi anjuran Al Qur’an dan As Sunnah. Mereka adalah ahli bid’ah, berdoa di atas, mengingkari kemahatinggian Allah kepada selain Allah ‘Arsy-Nya, memukul tubuh mereka dengan besi, memakan api dan (perbuatan) lainnya dari amalan-amalan orang Majusi dan setan.” (Al-‘Aqidah Al-Islamiyah, hal. 36)
telah menjelaskan dalam Al Qur’an dalam banyak ayat tentangAllah ciri-ciri dan sifat mereka serta apa yang diperbuat oleh tentara-tentaranya.
Dalil-dalil Adanya Wali Setan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah t membawakan dalil yang banyak tentang keberadaan wali setan di dalam kitab beliau Al-Furqan Baina Auliya Ar-Rahman wa Auliya Asy-Syaithan, sebagaimana beliau juga membawakan dalil tentang wali Allah, ciri-ciri mereka, dan karamah yang Allah berikan kepada mereka.
berfirman:Allah
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah dan orang-orang kafir berperang di jalan thaghut, karena itu perangilah wali-wali setan karena sesungguhnya tipu daya setan lemah.” (An-Nisa: 76)
“Barangsiapa menjadikan setan sebagai wali (pelindung) selain Allah, maka ia menderita kerugian yang nyata.” (An-Nisa: 119)
“Sesungguhnya mereka tidak lain adalah setan yang menakut-nakuti wali-walinya (kawan-kawannya), karena itu janganlah kalian takut kepada mereka jika kalian benar-benar orang yang beriman.” (Ali ‘Imran: 175)
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Al-A’raf: 27)
Masih banyak lagi nash yang menjelaskan keberadaan wali setan di tengah-tengah orang yang beriman. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah t dan ber-wala’berkata: “Barangsiapa yang mengaku cinta kepada Allah maka dia bukan walikepada-Nya namun dia tidak mengikuti Rasulullah . Bahkan barangsiapa yang menyelisihi Rasulullah maka dia adalahAllah dan wali setan.”musuh Allah
Kemudian beliau berkata: “Walaupun kebanyakan orang menyangka mereka . (Namun) mereka bukanlah waliatau selain mereka adalah wali Allah .” (Al-Furqan dalam kitab Majmu’atut Tauhid, hal. 331)Allah
Catatan Popular
-
kisah teladan para wali Allah dan ahli tasawuf, para sufi Rabiah Al-adawiyah, Al-Ghazali, Al-Jaelani. al hallaj,kata mutiara sufi, tasawuf, ...
-
Dikisahkan Syeikh Abu Hasan As-Syazili berkelana mencari mursyid dan bertemu dengan Syekh Shalih Abi al-Fath al-Wasithi, yaitu syekh yang pa...
-
Beliau adalah seorang Sayyid dan Syarif (julukan khusus untuk keturunan Nabi Muhammad SAW) Imam para Wali dan orang-orang sholeh (Al-Qutub) ...
Isnin, 23 Mei 2011
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan