Catatan Popular

Jumaat, 3 Jun 2011

Pertanyaan Kritis Dalam Ilmu Nasab


Pertanyaan Kritis Dalam Ilmu Nasab

oleh Sayyid Syafiq Ashalaibiyyah pada 01 Juni 2011

Berikut ini adalah sejumlah pertanyaan yang wajib diajukan bagi para peneliti nasab sebagai langkah awal dari berbagai masalah kontemporer yang ada. Hal ini mengingat makin "kreatif" nya para pemalsu nasab dalam pengakuan nya sebagai seorang Alawiy.

Ana pribadi sering melihat perbincangan di dunia maya tentang beberapa hujjah yang digunakan untuk meyakinkan bahwa nasab yang digunakan nya benar.Tapi disini ana hanya akan membahas salah satu hujjah yang sering digunakan oleh kelompok yang jelas-jelas nasabnya dikategorikan"MAJHUL" yaitu ucapan mereka yang berbunyi "Nasab keluarga kerajaan tercatat rapih, karena ada juru tulis yang mencatat nya turun temurun,jadi akan sangat aneh jika ada orang yang mengatakan nasab ini hilang selama 500 tahun".

Dalam menghadapi pernyataan seperti itu, kita harus berpikir secara kritis yang tetap mengacu pada standar baku yaitu ilmu nasab agar pikiran tidak menjadi liar. Lalu kita juga jangan jadi pengekor atau "merasa gak enak" hati seperti tabiat orang Indonesia kebanyakan jika menemukan teman atau guru melakukan kesalahan dengan mengaku sebagai HABIB!!

Inilah butir-butir pertanyaan kritis tersebut:

1. Jika catatan nasabmu benar,kenapa sampai sekarang menjadi polemik?. Dari masa Sayyid Ali bin Ja'far hingga sekarang pun catatan mu tidak digunakan untuk diiktiraf dan diitsbat.

2.Siapa penulis catatan tersebut? ahli nasab kah? atau hanya abdi dalem (khadam) kerajaan?

3.Apakah ada jaminan bahwa kafa'ah Syarifah terjaga?

4. Apakah ada jaminan bahwa nasab tersebut tidak bercampur budaya tempatan?. Karena bisa saja ada yang menisbahkan nasab nya ke pihak ibu.

5. Apa ada jaminan bahwa nasab yang tak tercatat selama 500 tahun itu adalah anak dari perkawinan yang sah alias bukan math'unun nasab?. Sebab seorang Munsib tak mungkin mencatat math'unun nasab

6. Apakah pakar nasab seperti Sayyid Ali bin Ja'far Assegaf dan generasi setelahnya adalah orang bodoh sehingga tak mau mengitsbat dan mengiktiraf catatan nasab tersebut jika memang benar?..

Namun jangan salah sangka dulu, tidak semua catatan kerajaan tertolak jika catatan tersebut memenuhi kriteria standar ilmu nasab, maka sudah pasti akan di iktiraf. Contohnya catatan keraaan Kubu,Siak dan kesultanan Alqadri Pontianak dan lain-lain.

Semoga bermanfaat


Sayyid Syafiq Ashalaibiyyah © 2011

Tiada ulasan:

Catat Ulasan